Tanaman Adas (Foeniculum vul-gare Mill.) |
Tanaman Adas (Foeniculum vul-gare
Mill.) adalah tanaman herba tahunan dari familii Umbelliferae dan
genus Foeniculum. Tanaman ini berasal dari Eropa Selatan dan daerah
Mediterania, yang ke-mudian menyebar cukup luas di berbagai negara
seperti Cina, Meksiko, India, Itali, Indian, dan termasuk negara
Indonesia. Genus Foeniculum mempunyai tiga spesies yaitu F. vulgare (adas), F. azoricum (adas bunga di-gunakan sebagai sayuran) dan F. dulce (adas manis digunakan juga sebagai sayuran). F. vulgare mempunyai sub spesies yaitu F. fulgare var. dulce dan F. vulgare var. vulgare. Di Indonesia dikenal dua jenis adas yang termasuk ke dalam famili Umbelliferae, yaitu adas (F. vulgare Mill.) dan adas sowa (Anetum graveolens Linn.) Kedua jenis ini telah banyak dibudidayakan di Indonesia, ter-utama adas (F. vulgare Mill.) Sedangkan A. graveolens Linn lebih banyak dibudidayakan di daerah dataran rendah dan daunnya dimakan sebagai lalap.
selain
sebagai bumbu masak, tanaman adas mempunyai banyak kegunaan mulai
dari akar, daun, batang dan bijinya. Daun adas digunakan sebagai
di-uretik (pelancar air seni) dan me-macu pengeluaran keringat.
Akar-nya berkhasiat sebagai obat batuk, pencuci perut dan sakit perut
se-habis melahirkan. Tanaman muda digunakan juga sebagai obat
gang-guan saluran pernapasan dan dari ekstrak buah adas dapat digunakan
untuk mengobati mulas.
Mengingat
kegunaannya sebagai tanaman obat, maka tanaman adas merupakan salah
satu tanaman yang mempunyai peranan penting dalam industri obat
tradisional di Indone-sia. Hal ini dapat dilihat dari laju permintaan
dalam negeri terhadap simplisia adas yang terus mening-kat. Pada tahun
1984 pemakai- an adas sebesar 10.498 ton/tahun, pada tahun 1993
meningkat menjadi 321.520 ton/tahun. Laju permintaan yang tinggi ini
tidak diimbangi dengan budidaya secara intensif se-hingga negara
Indonesia mengimpor adas pada tahun 2000 sebesar 3.000 ton dari
negara India, Mesir dan Iran, karena produksi lokal hanya berkisar 300
ton/tahun.
Melihat
kegunaannya yang beragam dan kebutuhan dalam negeri yang belum
terpenuhi maka tanaman ini cukup potensi untuk dikembangkan. Untuk
mendukung pengembangan tanaman adas perlu di-ketahui informasi tentang
tanaman adas mulai dari kegunaan, syarat tumbuh, penanganan benih dan
teknik budidayanya.
Deskripsi Tanaman Adas
Tanaman
dicirikan dengan ben-tuk herba tahunan, tingga tanaman dapat mencapai 1
– 2 m dengan percabangan yang banyak, batang beralur. Daun berbagi
menyirip, berbentuk bulat telur sampai segi tiga dengan panjang 3 dm,
bunga ber-warna kuning membentuk kumpulan payung yang besar. Dalam satu
payung besar terdapat 15 – 40 payung kecil, dengan panjang tangkai
payung 1 – 6 cm. Bunga ber-bentuk oblong dengan panjang 3,5 – 4 mm.
Dalam masing-masing biji terdapat tabung minyak yang letak-nya
berselang-seling. Pada waktu muda biji adas bewarna hijau ke-mudian
kuning kehijauan, dan ku-ning kecokelatan pada saat panen.
Kandungan bahan aktif
Kandungan
atsiri adas bervariasi antara 0,6 – 6%. Buah yang terletak di
tengah-tengah payung umumnya mengandung minyak atsiri yang lebih tinggi
dan baunya lebih tajam dibandingkan dengan buah yang terletak di bagian
lain. Iklim dan waktu panen sangat menentukan kandungan minyak atsiri.
Tabel 1. Kadar minyak atsiri, anethol, fenchone dan estragol
Jenis/tempat asal | Kadar minyak(g/100 ml) | Anethol (%) | Fenchone (%) | Estragol (%) |
Adas (F. vulgare) Cipanas, Jawa Barat | 3,83 | 43,3 | 33,3 | 15,3 |
Adas (F. vulgare) Lembang , Jawa Barat | 3,23 | 28,3 | 28,9 | 16,9 |
Adas jamu (F. vulgare) Jawa Tengah | 4,39 | 44,5 | 16,9 | 22,7 |
Adas (F. dulce) dari pedagang | 2,23 | 73,0 | 2,0 | 0,96 |
Anis (Star anis) dari pedagang | 13,97 | 82,8 | - | 0,96 |
Sumber: Risfaheri dan Makmun (1999)
Minyak
atsiri yang paling utama dari varietas dulce mengandung anethol (50 –
80%), limonene (5%), fenchone (5%), estragol (methyl-chavicol),
safrol, alpha-pinene (0,5%), camphene, beta-pinene, beta-myrcene dan
p-cymen. Sebalik-nya varietas vulgare tidak dibudi-dayakan,
kadang-kadang mengandung lebih banyak minyak atsiri, tetapi karena
dicirikan oleh fen-chone yang pahit (12 – 22%) sehing-ga harganya lebih
murah dari varietas dulce.
Kegunaan sebagai bumbu dapur
Biji
dan minyak yang sudah di-destilasi dapat digunakan sebagai flavor
(aroma) dalam industri makanan seperti bumbu daging, sayur-an, ikan,
saus, sop, salad dan lain-lain. Biji yang sudah dihancurkan dapat juga
digunakan sebagai bumbu salad (mayonnaise, kue yang manis). Tepung adas
digunakan juga untuk bumbu kari, daun yang muda dapat dimakan sebagai
sayuran segar (lalap).
Kegunaan untuk obat dan industri lainnya
Sebagai
tanaman obat adas dapat digunakan sebagai antispasmodik, karminatif,
diuretik (pelancar air seni), ekspektoran (pengencer da-hak), laxative,
stimulant (perang-sang), dan obat sakit perut. Dari sedikit akar
yang direbus sebagai sayuran bisa digunakan untuk obat batuk (pelancar
dahak). Adas juga digunakan sebagai obat untuk merangsang air susu
ibu (pelancar ASI), sebagai obat kolik dan digunakan untuk memperbaiki
rasa obat lainnya. Minyak esensial dan oleoresin adas dapat digunakan
untuk aroma sabun, kream, parfum dan minuman beralkohol. Obat-obatan
herbal Cina juga menggunakan adas sebagai obat gra-stroenteritis,
hernia, gangguan pen-cernaan, gangguan abdomen, meng-hancurkan lendir
dan merangsang produksi susu. Minyak esensial adas dilaporkan bisa
menstimulasi per-baikan liver pada tikus putih dan juga sebagai
antibakteri.
Untuk
kesehatan wanita selain meningkatkan produksi ASI, adas juga dapat
memperlancar haid, dan meningkatkan hormon estrogen se-hingga adas juga
dapat memper-lambat menopause. Adas juga dapat digunakan sebagai
terapi tradisional kanker prostat, dengan dosis 1 – 2 sendok teh adas
yang telah dihancurkan kemudian direndam dalam secangkir air panas
selama 10 menit, dan di-minum sebanyak 3 cangkir tiap hari.
Adas
sebaiknya jangan diberikan pada penderita alergi terhadap wor-tel,
selederi, penderita epilepsi dan anak di bawah umur. Adas aman digunakan
sebagai obat dalam jang-ka waktu yang tidak lama. Pemakai-an jangka
lama dalam jumlah yang banyak akan memberikan efek samping di
antaranya, kulit menjadi sensitif terhadap cahaya matahari, di mana
kulit menjadi gelap dan sakit terbakar matahari. Sehingga selama
pemakaian adas sebaiknya memakai proteksi (sunblock) apabila keluar
ruangan.
Tabel 2. Analisis faktor sumbangan dan kompensasi pengelolaan pada usahatani adas seluas 0.1 ha di Kecamatan Ampel dan Cepogo
Uraian | Nilai (Rp) | Sumbangan (%) |
Pendapatan kotor | 928.917,65 | 100,00 |
Biaya | (236.047,38) | (25,41) |
Bibit | 851,06 | 0,09 |
Pupuk kandang | 58.088,24 | 6,25 |
Pupuk urea | 9.816,18 | 1,06 |
Pupuk TSP (kg) | 8.278,19 | 0,89 |
Pestisida | 1.470,59 | 0,16 |
Alat (paket) | 5.700,00 | 0,61 |
Tenaga kerja | 151.843,14 | 16,35 |
Kompensasi pengelo-laan | 692.870,26 | 74,59 |
Sumber : Pribadi et al 1993
Persyaratan tumbuh
Tanaman
adas dapat tumbuh dari dataran rendah sampai dataran tinggi (10 – 1.800
m dari pemukaan laut). Di pulau Jawa adas ditanam pada daerah dengan
ketinggian 1.600 – 2.400 m dpl. Adas memerlukan cuaca sejuk dan cerah
(150C – 200C) untuk menunjang pertumbuhannya,
dengan curah hujan sekitar 2500 mm/tahun. Adas banyak ditemukan di tepi
sungai, danau atau tanggul daerah pembuangan. Adas merupa-kan tanaman
khas di palung sungai. Adas akan tumbuh baik pada tanah berlempung,
tanah yang cukup subur dan berdrainase baik, berpasir atau liat
berpasir dan berkapur dengan pH 6,5 – 8,0.
Bahan Tanaman
Tanaman
adas diperbanyak se-cara generatif (benih). Benih di-panen dari buah
yang sudah masak dengan kriteria berwarna hijau terang (masak
fisiologis). Tanaman dari famili Umbelliferrae seperti ke-tumbar, adas
biasanya mempunyai daya berkecambah yang rendah (di bawah 70%). Untuk
meningkatkan persentase berkecambah diperlukan perlakuan (treatment)
terhadap benih sebelum ditanam di antaranya pe-rendaman dalam air
selama 24 jam, perendaman dalam larutan PEG dan KNO3. Kebutuhan
bibit/ha adalah sebanyak 0.5 – 1 kg (disemaikan terlebih dahulu) dan 4 –
6 kg apabila ditanam langsung di lapang.
Budidaya
Pengolahan
lahan dimulai dari pembersihan lahan dari gulma, pen-cangkulan dan
penggarpuan yang dilanjutkan dengan pembuangan sisa-sisa akar tanaman
lain. Selanjut-nya dilakukan pembuatan lubang ta-nam dengan jarak tanam
yang biasa digunakan yaitu (0,5 – 1) x 1 m. Lubang tanam yang telah
disiapkan kemudian diisi dengan pupuk kan-dang sebanyak lebih kurang
100 g/lubang.
Penanaman
dilakukan pada permulaan musim hujan, dimana setiap lubang tanam
ditanam 1 bibit. Adas selain dibudidayakan secara monokultur juga
dapat ditanam di lahan-lahan terbuka yang belum dimanfaatkan, di
pematang kebun atau di pinggir jalan (tumpang sari dengan tanaman
lain). Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan gulma,
pemupukan ulang dan pem-berantasan hama dan penyakit.
Tanaman adas sangat respon ter-hadap pemupukan N, P dan K. Untuk
mendapatkan hasil panen se-besar 113 kg/ha di India membutuh-kan 27 kg
N, 5 kg P dan 17,5 kg K/ha. Sedangkan di Indonesia untuk mendapatkan
hasil panen basah se-besar 900 g/tanaman dibutuhkan 56,68 kg N, 11,73
kg P dan 30 kg CaO/ha.
Tanaman
adas juga sangat respon dengan irigasi. Pemberian irigasi
diperhitungkan dengan stadia per-tumbuhan tanaman, pengairan di-berikan
apabila eoeporimeter menunjukkan defisit 30 – 40 mm. Irigasi yang
teratur akan meningkatkan hasil dan mutu buah, interval pemberian
tergantung pada tipe tanah dan kultivarnya.
Panen dan pasca panen
Tanaman
adas mulai dipanen pada umur 8 bulan setelah tanam yang ditandai
dengan warna buah hijau keabu-abuan sampai ke-hitaman dan cukup keras
apabila dipijit. Buah adas matangnya tidak serempak, sehingga panennya
membutuhkan waktu yang cukup lama (4 bulan) dengan 15 kali pemetikan
dalam interval waktu 1 – 2 minggu. Pemanen dilakukan dengan cara
memetik karangan buah yang telah masak, buah yang masih muda
di-tinggalkan untuk periode panen berikutnya.
Buah
hasil panen dijemur di bawah sinar matahari sampai kadar air mencapai
12 – 14%. Buah yang telah dikeringkan kemudian di-bersihkan dari
kotoran tanaman. Pengemasan dilakukan dalam kan-tong-kantong plastik
yang bersih dan disimpan dalam gudang.
Perubahan
komposisi kimia minyak adas yang disebabkan oleh perlakuan penyimpanan
dengan ana-lisis GCMS (Gas Chromatography Mass Spectrometri), pada
minyak adas yang telah disimpan selama 3 bulan menunjukkan bahwa
kom-ponen utamanya yaitu trans-anethol mengalami oksidasi dan reduksi
menjadi p-anisaldehid, anis keton dan senyawa benzil metilketon.
Perubahan komposisi kimia minyak adas tersebut diperkirakan karena
pengaruh cahaya dan oksigen yang terdapat di udara. Wadah simpan yang
digunakan untuk menyimpan minyak adas tersebut adalah botol yang bening
(transparan), yang se-baiknya digunakan botol yang gelap.
Analisis Ekonomi
Pada
tahun 1993 adas menduduki urutan ke 7 dalam urutan 50 besar simplisia
yang banyak digunakan oleh industri obat tradisional. Di Kabupaten
Boyolali menunjukkan bahwa adas dapat memberikan kon-tribusi terhadap
pendapatan ke-luarga petani sebesar 14,92% .
Faktor
produksi yang nyata hubungannya dengan produksi adas adalah
penggunaan bibit dan pupuk kandang secara parsial. Untuk pe-nambahan 1%
bibit produksi akan turun sebesar 5,71%. Akan tetapi penambahan pupuk
kandang sebesar 1% akan meningkatkan produksi sebesar 5,77%.
Pada
biaya panen tahun pertama, biaya usaha terbesar yang dikeluar-kan oleh
petani untuk usaha tani adas adalah untuk tenaga kerja mencapai 16,35%
dari biaya usaha tani, menyusul biaya pupuk kandang yaitu 6,25%,
sedangkan nilai biaya produksi total hanya 25,41% dari pendapatan kotor.
Petani mendapat-kan kompensasi pengelolaan yang cukup besar yaitu
74,59% dari pendapan kotor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar